Sabtu, 18 Mei 2013

Cerpen : Pesan Moral Kemenangan



Ice Cream Contest

Oleh : Metha Rizky Ramadhani


     Saat sore hari seperti ini, aku, Jerry, Devan, Rosy, dan Hellen berjalan pergi ke taman kota. Di sana banyak sekali permainan-permainan fantastic, seperti histeria, tornado, dll.

     Saat disana kami melihat sebuah papan besar yang bertuliskan:


Ice Cream Contest
Diadakan lomba membuat kreasi es krim berhadiah menarik. Jika ingin mendaftar di alun-alun taman kota. Tidak ditarif biaya apa pun dalam menyambut ulang tahun Wali Kota.











            “Ikut yuk!” ajak Devan.

            “Yuk!” jawab kami serentak.

            “Yuk kita langsung daftar aja ke alun-alun kota,” ajakku.

            Kami langsung ke alun-alun kota yang luas di sana kami melihat ada dua orang yang dikerumuni anak-anak.

            “Julie mungkin di sana itu tempat pendaftarannya,” kata Jerry.

            “Mungkin juga ya,” jawabku.

            Lalu kami menghampiri kedua orang itu dan berkata, “Permisi di sini tempat pendaf-taran Ice Cream Contest? “ tanyaku.

            “Iya mau mendaftar?” tanyanya.

            “Iya,” jawabku, lalu kedua wanita itu mengeluarkan kertas formulir dan memberikan kepada kami. Kami mengisinya dengan teliti setelah itu kami mengembalikan formulir itu lalu wanita itu. “Besok acaranya di mulai pukul 10.30 dan juga bahan-bahannya dibawa sen-diri. Kalau alat-alatnya sudah disiapkan oleh penyelenggara,” katanya.

            Setelah kami mendaftar dan bermain di taman kota kami pun pulang menaiki mobil Devan. Sampai di perumahan Crystal, kami pun berpisah-pisah. Rumah kami berjarak sangat dekat.

            Sampai di rumah aku minta sama mama uang untuk belanja untuk praktik di rumah dan untuk lombanya sekalian. Aku menjelaskan untuk apa uangnya, mama pun memberikan aku uang dan mama juga menyuruhku untuk membeli resep ice cream. Lalu aku minta antar pak sopir ke supermarket terdekat.

            “Pak Hadi bisa antar saya ke supermarket?” tanyaku.

            “Iya Non Julie. Bisa kok, daripada bapak diam di sini terus,” jawab Pak Hadi.

            Beberapa menit kemudian kami sampai dan aku pun turun dari mobil dan masuk ke dalam supermarket dan mengambil semua yang diperlukan tanpa ada yang tertinggal. Apalagi white chocolate, favoritku. Setelah aku mendapatkan semua bahan yang diperlukan, aku membayar semuanya.

            “Mbak semuanya berapa?” tanyaku.

            “Sebentar ya,” jawab kasir ramah. “Ini semuanya 113.500,” kata kasir

            Aku mengeluarkan uang dari saku celanaku dan memberikan uang sebesar 120.000 dan mbak itu mengembalikan kembaliannya dan aku mengucapkan, “Terima kasih.”

Beberapa saat kemudian….

            “Ma, aku pulang. Ma, aku sudah membeli semua keperluan yang dibutuhkan dan ini uang kembaliannya. Mama mau bantu aku?” tanyaku sambil menyodorkan uang kembalian.

            “Dengan senang hati, ayo kita ke dapur!” ajak mama.

            Sampai di dapur, aku mengeluarkan semua belanjaan aku membuka buku resep aku menuruti perintah-perintah di dalam resep. Mama membantuku mengocok adonan, setelah semua selesai, mama memasukan adonan di dalam mangkuk ice cream dan aku memasukan adonan tadi ke dalam freezer. Aku dan mama menunggu papa dan akan memberikan ice cream tadi kepada papa karena papa berulang tahun hari ini dan makan bersama papa.

***

Jam setengah enam…..

            Aku dan mama melaksanakan sholat maghrib di rumah mama menjadi imam dan aku menjadi makmum karena papa belum pulang papa sholatnya di mushola kantor, papaku pu-lang pukul 19.00 WITA saat iqomah selesai kami mulai sholat maghrib, selesai sholat kami menunggu ayah di rumah dan mama telah menyalakan TV 3D.

Papaku pun pulang aku dan mama sudah mendengar suara mobil papa dari dalam. Aku sudah menyiapkan ice cream, dan makanan ringan lainnya. Lalu aku dan mama me-nunggu di ruang keluarga sambil menonton film 3D.

            Papa datang. “Lagi ngapain nih?” tanya papa heran.

            “Duduk aja. Pikirkan aja dulu kita lagi ngapain,” jawab mama

            “Papa kita ini lagi merayakan ultah papa!” seruku.

            “Tapi gak ada hadiahnya cuman ada makanan ringan dan ini ice cream buatan mama dan Julie,” kata mama

            “Gak apa-apa kok. Ini aja udah cukup yang penting ikhlas dan enak,” canda papa.

            “Ayo, Pa, rasain ice cream-nya!” pintaku.

            Papa menyuap sesendok ice cream ke mulutnya.

            “Hm…lezat sekali!” puji papa. Lalu, papa mengambil sebuah amplop dari tasnya dan memberikannya kepada mama.

            “Julie, lihat nih. Papa diundang sama walikota ke acara Ice Cream Contest,” kata ma-ma.

            “Yeeeee! Berarti papa sama mama bisa nonton aku besok!” seruku senang.

            “Emangnya kenapa? Kamu ikut, ya?” tanya papa.

            “Iya, Pa. Es krim yang tadi kita makan itu adalah praktik es krim yang akan aku buat besok,” jelasku.

            “Ooo … gitu. Enak, kok. Mudah-mudahan kamu juara, ya,” kata papa.

            “Ya udah Julie, sikat gigi dulu. Setelah itu tidur,” perintah mama.

            Lalu, aku pun menyikat gigiku, pergi ke kamar dan tidur .

***

Keesokan harinya, pukul 10.00 …

            “Aduh, cepat dong, Julie! Kamu yang mau lomba, kamu juga yang paling lambat!” te-riak mama.

            “Iya, Ma. Bahan-bahannya udah Julie siapin,” sahutku.

            Kami pun berangkat menggunakan mobil Limousine.

            Di dalam mobil, aku berpikir. Duh, papa pamer mobil barunya lagi. Mentang-men-tang naik pangkat, nih. Nanti aku dibilang sombong, lagi, batinku.

            “Aduh papa, jangan pakai Limousine dong,” kataku agak gusar.

            “Iya, deh. Papa turutin keinginan kamu. Kamu mau pakai yang mana?” tanya papa.

            “Toyota Yaris yang putih itu lho, Pa,” jawabku.

            “Aduh, kamu gimana sih? Di sana kan, nanti ada walikota,” sahut mama.

            “Aduh … terserah deh!” jawabku. “Ayo, nanti telat lagi!”

             Kami akhirnya berangkat menggunakan Limousine. Huh!

***

Sesampainya di sana …

            Teman-temanku sudah mengambil nomor peserta. Mereka bersiap di backstage. Ka-rena datang telat, aku mendapat nomor terakhir.

            Wah, jangan-jangan aku juara terakhir, nih, pikirku.            

“Perhatian-perhatian! Untuk para peserta yang sudah mendapat nomor, mohon menu-ju meja dengan nomor yang sesuai pada nomor urut,”

            Aku pun mengambil posisi dan menyusun bahan-bahan di rak yang telah disiapkan penyelenggara.

            Walikota mengambil posisi di mimbar dan menyampaikan pidatonya. Aku tidak men-dengarkannya karena bosan. Aku bosan dengan pidato-pidato itu.

            “Satu, dua, tiga … mulai!” kata MC. Dengan serentak, kami langsung membuat es krim. Aku hanya ingin menjadi juara dalam kontes ini.

            Pertama-tama, aku menge-blend buah-buahan. Ada sirsak, ceri, dicampur dengan sedikit adonan es krim instan dan kubekukan di dalam freezer.

            Lalu, aku membuat adonan selanjutnya dengan campuran cokelat agar lebih kecoke-lat-cokelatan. Lalu aku membekukannya di freezer.

3 jam kemudian …

            Akhirnya es krimku jadi. Agar semua adonannya rekat, aku menghiasnya dengan hati-hati menggunakan whip cream. Oh iya, es krimku berbentuk piza.

            Aku memperhatikan para juri yang berjalan mengunjungi satu per satu peserta untuk menanyakan kreasi es krim dan memperhatikan kebersihannya.

            Para juri menghampiriku. Ada yang memperhatikan bahan-bahan yang kugunakan, ada yang melihat kebersihan, dan ada yang bisa dibilang ‘tukang cicip’. Walikota juga ikut mencicipi es krim para peserta.

            Waktu yang tersisa 2 menit. Untung saja aku sudah selesai membuat es krimnya.

            Beberapa menit kemudian, walikota berpidato lagi seraya melihatku dengan tatapan senang. Aku bertanya-tanya dalam hati. Apa aku menjadi juara? Atau walikota hanya meng-hiburku karena aku gagal?

            Sudah saatnya mengumumkan juara. Walikota yang akan membacakannya.

            “Juara tiga atas kreasi … mobil-mobilan yang dibuat Vincent Jerry! Juara dua atas kreasi …. teratai yang dibuat Marry Chromcey!

            “Dan yang paling kita tunggu-tunggu, juara satu atas kreasi …” walikota menghela napas. Aku makin deg-degan.

            “Piza atas nama Julie Wiltons!” lanjut walikota. Para juara langsung maju. Hadiahnya adalah liburan ke Hawaii sekeluarga. Wow! I never forget it!

***

" Saat kita mengikuti sebuah lomba,
kita tidak membutuhkan kemenangan 
tapi yang dibutuhkan adalah pengalaman 
karena "Pengalaman adalah guru Terbaik".
 
Tentang Penulis:
Nama : Metha Rizky ramadhani
Twitter : Metha_RR
Facebook : Metha R Ramadhani (Metha)
Skype : metharamadhani.27

Terima Kasih :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar