Ice Cream
Contest
Oleh : Metha
Rizky Ramadhani
Saat sore hari seperti ini, aku, Jerry,
Devan, Rosy, dan Hellen berjalan pergi ke taman kota. Di sana banyak sekali
permainan-permainan fantastic, seperti
histeria, tornado, dll.
Saat disana kami melihat sebuah papan
besar yang bertuliskan:
Ice
Cream Contest
Diadakan
lomba membuat kreasi es krim berhadiah menarik. Jika ingin mendaftar di
alun-alun taman kota. Tidak ditarif biaya apa pun dalam menyambut ulang tahun Wali
Kota.
|
“Ikut
yuk!” ajak Devan.
“Yuk!”
jawab kami serentak.
“Yuk
kita langsung daftar aja ke alun-alun kota,” ajakku.
Kami
langsung ke alun-alun kota yang luas di sana kami melihat ada dua orang yang dikerumuni
anak-anak.
“Julie
mungkin di sana itu tempat pendaftarannya,” kata Jerry.
“Mungkin
juga ya,” jawabku.
Lalu
kami menghampiri kedua orang itu dan berkata, “Permisi di sini tempat pendaf-taran
Ice Cream Contest? “ tanyaku.
“Iya
mau mendaftar?” tanyanya.
“Iya,”
jawabku, lalu kedua wanita itu mengeluarkan kertas formulir dan memberikan
kepada kami. Kami mengisinya dengan teliti setelah itu kami mengembalikan
formulir itu lalu wanita itu. “Besok acaranya di mulai pukul 10.30 dan juga
bahan-bahannya dibawa sen-diri. Kalau alat-alatnya sudah disiapkan oleh penyelenggara,”
katanya.
Setelah
kami mendaftar dan bermain di taman kota kami pun pulang menaiki mobil Devan. Sampai
di perumahan Crystal, kami pun berpisah-pisah. Rumah kami berjarak sangat
dekat.
Sampai
di rumah aku minta sama mama uang untuk belanja untuk praktik di rumah dan
untuk lombanya sekalian. Aku menjelaskan untuk apa uangnya, mama pun memberikan
aku uang dan mama juga menyuruhku untuk membeli resep ice cream. Lalu aku minta antar pak sopir ke supermarket terdekat.
“Pak
Hadi bisa antar saya ke supermarket?”
tanyaku.
“Iya
Non Julie. Bisa kok, daripada bapak diam di sini terus,” jawab Pak Hadi.
Beberapa menit kemudian kami sampai dan aku
pun turun dari mobil dan masuk ke dalam supermarket
dan mengambil semua yang diperlukan tanpa ada yang tertinggal. Apalagi white chocolate, favoritku. Setelah aku mendapatkan semua bahan
yang diperlukan, aku membayar semuanya.
“Mbak
semuanya berapa?” tanyaku.
“Sebentar
ya,” jawab kasir ramah. “Ini semuanya 113.500,” kata kasir
Aku
mengeluarkan uang dari saku celanaku dan memberikan uang sebesar 120.000 dan
mbak itu mengembalikan kembaliannya dan aku mengucapkan, “Terima kasih.”
Beberapa
saat kemudian….
“Ma,
aku pulang. Ma, aku sudah membeli semua keperluan yang dibutuhkan dan ini uang
kembaliannya. Mama mau bantu aku?” tanyaku sambil menyodorkan uang kembalian.
“Dengan
senang hati, ayo kita ke dapur!” ajak mama.
Sampai
di dapur, aku mengeluarkan semua belanjaan aku membuka buku resep aku menuruti
perintah-perintah di dalam resep. Mama membantuku mengocok adonan, setelah
semua selesai, mama memasukan adonan di dalam mangkuk ice cream dan aku memasukan adonan tadi ke dalam freezer. Aku dan mama menunggu papa dan
akan memberikan ice cream tadi kepada
papa karena papa berulang tahun hari ini dan makan bersama papa.
***
Jam setengah
enam…..
Aku
dan mama melaksanakan sholat maghrib di rumah mama menjadi imam dan aku menjadi
makmum karena papa belum pulang papa sholatnya di mushola kantor, papaku pu-lang
pukul 19.00 WITA saat iqomah selesai kami mulai sholat maghrib, selesai sholat
kami menunggu ayah di rumah dan mama telah menyalakan TV 3D.
Papaku
pun pulang aku dan mama sudah mendengar suara mobil papa dari dalam. Aku sudah
menyiapkan ice cream, dan makanan
ringan lainnya. Lalu aku dan mama me-nunggu di ruang keluarga sambil menonton film 3D.
Papa
datang. “Lagi ngapain nih?” tanya papa heran.
“Duduk
aja. Pikirkan aja dulu kita lagi ngapain,” jawab mama
“Papa
kita ini lagi merayakan ultah papa!” seruku.
“Tapi
gak ada hadiahnya cuman ada makanan ringan dan ini ice cream buatan mama dan Julie,” kata mama
“Gak
apa-apa kok. Ini aja udah cukup yang penting ikhlas dan enak,” canda papa.
“Ayo,
Pa, rasain ice cream-nya!” pintaku.
Papa
menyuap sesendok ice cream ke
mulutnya.
“Hm…lezat
sekali!” puji papa. Lalu, papa mengambil sebuah amplop dari tasnya dan
memberikannya kepada mama.
“Julie,
lihat nih. Papa diundang sama walikota ke acara Ice Cream Contest,” kata ma-ma.
“Yeeeee!
Berarti papa sama mama bisa nonton aku besok!” seruku senang.
“Emangnya
kenapa? Kamu ikut, ya?” tanya papa.
“Iya,
Pa. Es krim yang tadi kita makan itu adalah praktik es krim yang akan aku buat
besok,” jelasku.
“Ooo
… gitu. Enak, kok. Mudah-mudahan kamu juara, ya,” kata papa.
“Ya
udah Julie, sikat gigi dulu. Setelah itu tidur,” perintah mama.
Lalu,
aku pun menyikat gigiku, pergi ke kamar dan tidur .
***
Keesokan
harinya, pukul 10.00 …
“Aduh,
cepat dong, Julie! Kamu yang mau lomba, kamu juga yang paling lambat!” te-riak
mama.
“Iya,
Ma. Bahan-bahannya udah Julie siapin,” sahutku.
Kami
pun berangkat menggunakan mobil Limousine.
Di
dalam mobil, aku berpikir. Duh, papa
pamer mobil barunya lagi. Mentang-men-tang naik pangkat, nih. Nanti aku
dibilang sombong, lagi, batinku.
“Aduh
papa, jangan pakai Limousine dong,”
kataku agak gusar.
“Iya,
deh. Papa turutin keinginan kamu. Kamu mau pakai yang mana?” tanya papa.
“Toyota
Yaris yang putih itu lho, Pa,” jawabku.
“Aduh,
kamu gimana sih? Di sana kan, nanti ada walikota,” sahut mama.
“Aduh
… terserah deh!” jawabku. “Ayo, nanti telat lagi!”
Kami akhirnya berangkat menggunakan Limousine. Huh!
***
Sesampainya di
sana …
Teman-temanku
sudah mengambil nomor peserta. Mereka bersiap di backstage. Ka-rena datang telat, aku mendapat nomor terakhir.
Wah, jangan-jangan aku juara terakhir, nih,
pikirku.
“Perhatian-perhatian!
Untuk para peserta yang sudah mendapat nomor, mohon menu-ju meja dengan nomor
yang sesuai pada nomor urut,”
Aku
pun mengambil posisi dan menyusun bahan-bahan di rak yang telah disiapkan penyelenggara.
Walikota
mengambil posisi di mimbar dan menyampaikan pidatonya. Aku tidak
men-dengarkannya karena bosan. Aku bosan dengan pidato-pidato itu.
“Satu,
dua, tiga … mulai!” kata MC. Dengan serentak, kami langsung membuat es krim.
Aku hanya ingin menjadi juara dalam kontes ini.
Pertama-tama,
aku menge-blend buah-buahan. Ada
sirsak, ceri, dicampur dengan sedikit adonan es krim instan dan kubekukan di
dalam freezer.
Lalu,
aku membuat adonan selanjutnya dengan campuran cokelat agar lebih kecoke-lat-cokelatan.
Lalu aku membekukannya di freezer.
3
jam kemudian …
Akhirnya
es krimku jadi. Agar semua adonannya rekat, aku menghiasnya dengan hati-hati
menggunakan whip cream. Oh iya, es
krimku berbentuk piza.
Aku
memperhatikan para juri yang berjalan mengunjungi satu per satu peserta untuk
menanyakan kreasi es krim dan memperhatikan kebersihannya.
Para
juri menghampiriku. Ada yang memperhatikan bahan-bahan yang kugunakan, ada yang
melihat kebersihan, dan ada yang bisa dibilang ‘tukang cicip’. Walikota juga
ikut mencicipi es krim para peserta.
Waktu
yang tersisa 2 menit. Untung saja aku sudah selesai membuat es krimnya.
Beberapa
menit kemudian, walikota berpidato lagi seraya melihatku dengan tatapan senang.
Aku bertanya-tanya dalam hati. Apa aku
menjadi juara? Atau walikota hanya meng-hiburku karena aku gagal?
Sudah
saatnya mengumumkan juara. Walikota yang akan membacakannya.
“Juara
tiga atas kreasi … mobil-mobilan yang dibuat Vincent Jerry! Juara dua atas
kreasi …. teratai yang dibuat Marry Chromcey!
“Dan
yang paling kita tunggu-tunggu, juara satu atas kreasi …” walikota menghela
napas. Aku makin deg-degan.
“Piza
atas nama Julie Wiltons!” lanjut walikota. Para juara langsung maju. Hadiahnya
adalah liburan ke Hawaii sekeluarga. Wow! I
never forget it!
***
" Saat kita mengikuti sebuah lomba,
kita tidak membutuhkan kemenangan
tapi yang dibutuhkan adalah pengalaman
karena "Pengalaman adalah guru Terbaik".
Tentang Penulis:
Nama : Metha Rizky ramadhani
Twitter : Metha_RR
Twitter : Metha_RR
Facebook : Metha R Ramadhani (Metha)
Skype : metharamadhani.27
Terima Kasih :)
Terima Kasih :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar